02 January, 2018
Naufal Prakoso KaDo administrator berita
Dahulu, banyak orang tua yang menggunakan dongeng sebagai media edukasi bagi anak. Melalui sebuah cerita yang mengenalkan akan nilai-nilai kebaikan itu, dipercaya bisa mengembangkan imajinasi dan meningkatkan kecerdasan emosional sang anak.
Namun kini, banyak orang tua mulai melupakan dongeng. Karena terlalu sibuk dengan berbagai aktivitas pekerjaan, akhirnya orang tua lebih memilih membelikan mainan untuk menemani pertumbuhan sang buah hati.
Akan tetapi, tidak demikian dengan Awam Prakoso. Pendiri Kampung Dongeng, sanggar tempat para pendongeng, itu masih percaya dan terus menggunakan dongeng sebagai media untuk menyalurkan pesan-pesan kebajikan kepada anak-anak dan masyarakat.
Kak Awam, begitu ia biasa disapa, menuturkan bahwa sejak duduk di bangku kuliah pada 1992, dirinya sudah menggeluti dunia seni peran dan bergabung dengan Sanggar Kumpulan Mahasiswa Muhamadiyah Insan Seni (KUMMIS).
Namun, kegiatannya di dunia seni peran sempat terhenti ketika ia diterima sebagai pegawai di salah satu bank swasta. Namun, terpaan krisis moneter pada 1998 membuatnya kehilangan pekerjaan.
Berhenti menjadi pegawai bank nampaknya membawa berkah tersendiri bagi Kak Awam. Pria asal Blora, Jawa Tengah, itu bisa lebih bebas mengembangkan bakatnya di bidang seni. Ia pun berkeliling dari satu sekolah ke sekolah lainnya untuk mengasah kemampuan mendongeng.
Tekadnya sudah bulat untuk menjadi pendongeng, mengikuti jejak idolanya, Seto Mulyadi (Kak Seto) dan Kusumo Priyono (Kak Kusumo). “Waktu itu penghasilan sebagai pendongeng sangat tidak mencukupi. Agar dapur tetap ngebul, saya menerima servis komputer di sela-sela kesibukan mendongeng,†kisahnya saat diwawancarai Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia.
Berkat usaha yang tak kenal lelah, pada tahun 2007 namanya mulai dikenal luas sebagai pendongeng. Berbekal kemampuan menirukan berbagai jenis suara dan kreativitasnya dalam menyajikan dongeng, ia pun mantap melepas semua kegiatan yang tak ada kaitannya dengan dongeng. Panggilan demi panggilan mendongeng pun terus mengalir.
Setelah mantap di jalur dongeng, tanggal 18 Mei 2009, Kak Awam mendirikan Kampung Dongeng di daerah Kampung Sawah Lama, Ciputat, Tangerang Selatan. Sanggar yang mencetak para pendongeng itu rajin melakukan pelatihan bagi pendongeng untuk berbagai kalangan.
“Harapannya, Kampung Dongeng bisa melahirkan pendongeng-pendongen yang andal dan penuh kreativitas agar terus bisa menyebarkan kebajikan lewat dongeng,†ungkapnya.
Apalagi kini, mendongeng sudah menjadi sebuah profesi yang cukup menjanjikan. Dalam sekali pentas, Kak Awam biasa dibayar Rp500 ribu.
Uang itu memang tidak semuanya masuk ke kantong pribadinya. Sekitar 30 persen diserahkan bagi pengembangan Kampung Dongeng. Sisanya, dibagi untuk honor pengurus Kampung Dongeng yang berjumlah 8 pendongeng.
Namun, khusus untuk kebutuhan hiburan anak-anak di kampung-kampung yang kekurangan, Kak Awam tidak memasang tarif khusus. Begitu pula dirinya rela tidak dibayar jika diminta menghibur anak-anak korban bencana. Hal seperti ini pernah ia lakoni saat mengunjungi daerah-daerah bencana seperti Aceh, Padang, dan Yogyakarta.
“Bahagia rasanya kalau melihat anak-anak korban bencana bisa tersenyum setelah mendengar dongeng,†ungkap Awam.
Tak hanya sampai di situ, ia pun bercita-cita bisa melahirkan seribu Kampung Dongeng lainnya di seluruh pelosok Nusantara. Saat ini, tambahnya, sudah terdapat 30 Kampung Dongeng di Indonesia yang siap menyebarkan virus kebaikan lewat dongeng.
“Saya persilakan siapa saja yang tertarik dengan dunia dongeng untuk mendirikan Kampung Dongeng di daerah masing-masing,†tandasnya.
Sumber http://id.berita.yahoo.com/kak-awam-menghidupkan-tradisi-mendongeng-014911185.html
© Kampung Dongeng 2017. All Rights Reserved.
Developed by Naufal Prakoso