02 January, 2018
Naufal Prakoso KaDo administrator berita
Berangkat dari pengalaman hidupnya yang diliputi kasih sayang, keakraban, dan kehangatan dilingkungan keluarganya, lelaki yang akrab di panggil Kak Awam ini memulai misinya dalam mencoba membentuk karakter anak lewat sebuah dongeng.
Lelaki kelahiran Blora, 18 Mei 1973 ini mengaku tak pernah bercita-cita menjadi seorang pendongeng, namun perjalanan hidup memaksanya untuk menjadi seseorang yang dekat dan akrab dengan anak-anak lewat dongeng-dongennya yang menghibur sekaligus mendidik.
Dunia seni buat ayah tiga orang anak ini memang bukan sesuatu yang baru, sejak kecil ia telah terbiasa mengkuti berbagai kegiatan dan lomba yang berbau seni.
Jiwa seninya mulai terasah saat ia duduk dibangku kuliah, ia bersama beberapa temannya terlibat aktif dalam sebuah sanggar drama serta mengajar dan melatih sanggar drama anak-anak dibeberapa tempat.
Namun sayang, setelah lulus kuliah dengan hasil cukup memuaskan ditahun 1996, lelaki yang sangat ramah ini meninggalkan kegiatan seninya dan mulai menggeluti dunia kerja sebagai seorang auditor di sebuah bank swasta di Jakarta.
Tapi rupanya takdir bercerita lain, ditahun 1998 saat krisis ekonomi melanda Indonesia lelaki yang mengaku sempat bercita-cita menjadi seorang tentara ini terkena kebijakan pengurangan tenaga kerja dari perusahaan tempatnya bekerja.
Namun demikian hal itu tak membuatnya patah arang, ia justru mengambil hikmah atas kejadian yang menimpanya itu, “Mungkin Tuhan memang mentakdirkan saya menjjadi seorang yang harus menyampaikan kebaikan lewat kemampuan saya mendongeng,†ujar lelaki yang selalu mengenakan topi saat mendongeng ini.
Karir profesinal sebagai pendongen mulai ia mantapkan saat ia menjuarai festival mendongen yang digelar di TMII, “Alhamdulillah saya akhirnya juara, dan selepas itu saya bersama beberapa teman membentuk tim panggung boneka dan mulai menghibur anak-anak dimanapun dengan panggung boneka dan mendongeng.
Perjalanan menjadi pendongeng laki-laki berkacamata ini bisa dibilang luar biasa, selain sebagai profesi yang sangat langka, mendongeng ternyata memerlukan keahlian yang harus terus diasah. Tak jarang saat mendongeng ia harus menerima cemoohan karena dongeng yang akan diceritakan pernah didengar oleh anak-anak, “Ya mau nggak mau lalu saya berikan banyak improvisasi dengan menambahkan beberapa tokoh dalam cerita,†tutur bungsu dari lima bersaudara ini
Seiring berjalannya waktu, secara perlahan Awam mulai menyadari betapa dongeng-dongeng yang ia sampaikan ternyata bisa membentuk karakter anak secara positif, “Anak-anak begitu polos bagaikan kain putih bersih yang sangat berpotensi kita tuangkan tinta nilai moral yang baik melalui dongeng,†jelas Awam
Tapi Awam juga mengingatkan bahwa tak semua cerita memiliki pesan-pesan moral yang positif yang bisa dicontoh oleh anak-anak, “Hati-hati lho mas, ada cerita-serita yang dibuat justru bisa menyesatkan arah pikiran anak-anak, seperti cerita tahayul, tipu muslihat atau yang lainnya, jadi sebaiknya kita memilah-milah atau bahkan mengimprovisasi cerita yang akan kita dongengkan,†papar Awam.
Terkait perkembangan karakter anak-anak saat ini, Awam berharap agar semua keluarga di Indonesia terutama para ibu untuk bisa meluangkan waktunya bersama anak untuk memberikan dongeng-dongeng yang positif agar kedekatan anak dengan orang tua bisa terjalin dengan baik.
“Saya pikir semua orang bisa mendongeng, karena mendongeng tidak memerlukan bakat, yang penting para orang tua mau belajar dan mengerti bahwa mendonngeng bisa memberikan dampak yang sangat luar biasa pada perkembangan dan pertumbuhan mental, moral dan prilaku anak-anak mereka,”tegas Awam.
Sumber : Perempuan.com http://m.perempuan.com/detail/membentuk-karakter-anak-lewat-dongeng
© Kampung Dongeng 2017. All Rights Reserved.
Developed by Naufal Prakoso